Pendaki Profesional Selalu Menghindari 5 Hal Ini | HiTrek Dotkom


HITREKDOTKOM__Mendaki gunung merupakan kegiatan yang kelihatannya keren dan gagah. Kita selalu bangga jika sudah menginjak dan merasakan puncak dari gunung tersebut. Namun, kita sering lupa kegiatan yang kita lakukan berkontribusi merusak alam dan membuat masalah baru bagi pendaki yang lain.

Berikut 5 dosa yang sering kita lupakan dalam pendakian:

1. Mencemari Lingkungan Tanpa Sadar
Sering kita melihat rekan atau teman satu tim dengan seenaknya membuang sampah sembarangan, meskipun hanya tidak banyak namun kamu sudah mencemari lingkungan.

Banyak juga pendaki-pendaki yang masih saja menggunakan bahan-bahan kimia yang bisa merusak. Jangan heran kalau menemukan bungkus sabun/shampo yang tergeletak dekat di mata air.

Itulah potret kebanyakan pendaki yang tidak paham akan konservasi. Apa sulitnya sih membawa sampah di dalam tas?

Temukan kebutuhan outdoor kamu hanya di HiTrek Dotkom, temukan pilihanmu disini (klik gambar dibawah ini)

https://www.facebook.com/hitrek.kom/shop/?rid=172190289904191&rt=9

2. Merusak Kealamian Gunung
Jika kamu pergi ke gunung atau pos-pos yang disediakan, kamu tidak akan sulit menemui corat-coret vandalisme di bebatuan, batang pohon, bahkan pos pendakian. Mengambil flora & fauna langka seperti bunga edelweiss, bertindak sembrono sehingga mengakibatkan kebakaran hutan. Puntung rokok dan bekas api unggun yang masih menyala, membuka jalur yang tidak seharusnya, membuang tissue basah kotor seenaknya dan masih banyak lagi.

3. Melakukan Pendakian Secara masal

Mungkin kamu pernah terlibat sebuah pendakian yang disponsori brand perlengkapan outdoor yang melakukan pendakian massal ke gunung Semeru atau gunung lainnya.

Baca juga: Film North Face 2008: Kisah Pendakian di Gunung Perawan | HiTrek Dotkom

Mungkin kamu diajak teman karena dalam iklannya pendakian ini dibumbui oleh kata-kata bersih-bersih gunung, tanam pohon, dan konservasi. Kenyataannya? Semeru menjadi tempat sampah dan potensi rusaknya ekosistem makin besar.

Sebelum mengikuti pendakian massal, ada baiknya survey terlebih dahulu. Berapa kapasitas gunung tersebut, berapa jumlah pendaki yang dibolehkan ikut oleh panitia, dan hal yang terkait dengan konservasi lainnya.

4. Sangat Acuh dan Pasif Sesama Team (Tidak Mengingatkan)
Menganggap tugas konservasi itu adalah tugasnya penjaga Taman Nasional, porter, dan LSM lingkungan adalah bukan hal yang benar.

Padahal pendaki sendirilah yang punya bagian besar dalam menjaga lingkungan. Banyak oknum pendaki juga tidak mengindahkan kearifan lokal yang telah ditetapkan masyarakat setempat. Tertulis ataupun tidak tertulis.

Baca juga: Istilah-Istilah Pendakian yang Wajib Kamu Tahu dan Pahami | HiTrek Dotkom 

Seringkali mitos-mitos mistis di gunung itu sebetulnya adalah usaha untuk konservasi dari masyarakat. Jangan sampai bilang begini, ”Saya bukan pecinta alam, kok. Cuma penikmat alam. Jadi bukan tugas saya dong untuk konservasi?” Nah ini yang dibilang salah kapra dan minta dijitak kepalanya.

5. Pelit Membagikan Ilmu Tentang Pendakian Konservatif
Membagikan semangat mendaki gunung kepada orang-orang baru tanpa dibarengi semangat konservasi hanya akan menjadikan para pendaki tersebut menjadi generasi pendaki yang cenderung antipati terhadap lingkungan dan hanya mementingkan kesenangan semata.

Sebagian dari kita mungkin pernah melakukan hal atas, secara sengaja maupun tidak sengaja. Yang pernah, tolong jangan diulangi lagi dan mari saling mengingatkan kepada rekan pendaki yang lain. Semoga gunung-gunung Indonesia masih bisa dinikmati anak-cucu kita nantinya.

HiTrek Dotkom | Salam Lestari
"Nature is Our Friends"


--
sumber: wiranurmansyah.com

Komentar